Thursday, May 21, 2015

Rohingya dan Biksu Myanmar

Pasti orang Myanmar itu punya dendam yang membara terhadap minoritas Muslim ini, sampai mereka tega membunuhi tak pandang bulu. Pasti besar sekali kesalahan warga Rohingya ini, sampai mereka harus 'dibersihkan' diusir tanpa ampun dari tanah Burma. Pasti hina sekali bangsa tanpa tanah air ini, sampai perahu mereka yang kelebihan muatan di tengah laut dipingpong oleh angkatan laut negara-negara sehebat Indonesia, Malaysia, Thailand.

Alhamdulillah, masih ada nelayan Aceh, yang begitu tahu langsung upayakan penyelamatan secara SWADAYA. Pemerintah RI pun malu hati tak kuasa menolak. Terpaksa kasak-kusuk dengan Malaysia dan Thailand bagaimana membagi beban untuk memberi makan 'manusia perahu' abad 21 ini.

Dulu manusia perahu asal Vietnam dengan baik hati diselamatkan dan ditampung di Pulau Galang. Kini, manusia perahu Rohingya tak jelas mau diapakan. Padahal LSM maupun NGO pasti akan membantu jika pemerintah tegas menggunakan prosedur yang sudah ada. Kan sudah pengalaman. Tampung saja dulu mereka, begitu desakan PBB.

Myanmar tak bergeming. Bangladesh serba salah. Aung San Suu Kyi penuh kalkulasi politik basi. Hadiah Nobel bukan jaminan jatidiri seseorang jika tak bisa bersikap bahwa yang benar itu BENAR, yang salah itu SALAH. Muslim Indonesia bantu korban bencana di Nepal. Muslim Rohingya malah jadi korban pembersihan etnis di Myanmar. Wirathu, Wirathu... kejamnya dikau. Silent Assasin.

Wednesday, May 13, 2015

Rasialisme di AS

@HistoryFlick: Black man being pulled off a street car by white men, 1943 pic.twitter.com/o9FL2AU7W4 -- shared via UberSocial http://ubersocial.com

Rasialisme di USA tak pernah ada habisnya jadi bahan pembicaraan. Tak selesai-selesai. Biarpun banyak veteran perang WWII berkulit hitam, biarpun banyak atlet berkulit hitam hebat meraih emas untuk USA, biarpun perjuangan persamaan hak antar warna kulit sudah memakan banyak korban, tetap saja pandangan rasialis warisan para tuan tanah dan ekstrimis KKK mewarnai Amerika hingga hari ini.

Malcolm X, Muhammad Ali sudah menjalani perjuangannya masing-masing. Tapi di masa kini, kantong-kantong komunitas kulit berwarna non putih di Baltimore, masih rawan dan tertinggal.

Sunday, May 10, 2015

Pilot Kulit Hitam Pertama dari Angkatan Udara Turki Usmani

@OttomanArchive: [Ottoman Empire] Ottoman Pilot Ahmet Ali Effendi World's First Black Pilot 1916 His Grandmother from Bornu (Nigeria) pic.twitter.com/cOO7bq9n9b -- shared via UberSocial http://ubersocial.com

Inilah dia, pilot pesawat kekhilafahan Turki Usmani. Namanya Ahmet Ali Effendi. Dia menerima Wing penerbang sekitar tahun 1914-1915, berarti lebih dulu daripada Eugene Jacques Bullard yang menerima brevet penerbangnya pada tahun 1917. Keduanya berpartisipasi di perang dunia pertama. Tak banyak informasi mengenai Ahmet Ali Effendi. Tak seperti Eugene Jacques Bullard yang justru banyak disebut orang di masa kini dan hidup miskin di akhir hayatnya.

Thursday, May 7, 2015

Foto Paling Menyentuh Abad Ini

Foto berikut ini diambil sekitar 8 tahun yang lalu di Vietnam bagian utara.

Fotografer aslinya adalah Na Son Nguyen. Mengutip dari penuturannya kepada BBC, "I took this picture in October 2007 in Can Ty, a remote village in Ha Giang province".

"I was passing through the village but was stopped by the scene of two Hmong children playing in front of their house while their parents were away working in the field."

"The little girl, probably two years old, cried in the presence of a stranger so the boy, who was maybe three years old or so, hugged his sister to comfort her."

"It was both moving and cute, so I quickly made a shot."

Na Son mem-publish fotonya di blog pribadi. Ternyata tiga tahun kemudian ia menemukan bahwa itu sudah di-share oleh banyak orang di Facebook sebagai foto "yatim piatu terlantar".

Foto ini mungkin karyanya yang paling "viral", karena sudah di-share netizen sedunia dalam berbagai tema, mulai dari "dua bocah yatim piatu Burma", "anak-anak korban perang Syria", hingga yang terbaru, "bocah umur dua tahun dilindungi oleh kakaknya yang berusia empat tahun di Nepal". Mungkin foto ini bisa dipakai sebagai lambang krisis kemanusiaan hingga puluhan tahun ke depan dengan banyak judul baru.

Sunday, May 3, 2015

Suhu Air yang Tepat Untuk Beberapa Minuman Panas

@sillysampi: The right temperature for some hot beverages. pic.twitter.com/u5FPYuvgdU -- shared via UberSocial http://ubersocial.com

Buat yang suka bikin minuman di pagi hari, siang, sore maupun malam, silakan dicermati takaran suhu ini. Menurut saya sih, ini cuma soal presisi yang bisa diatur dengan 'perasaan'. Yang sudah terbiasa, pasti sudah tahu sepanas apa air yang dipakai untuk minuman kesukaannya. Apa lagi yang biasa menggunakan pemanas air dari dispenser air galonan. Tinggal terima jadi saja hasil pemanasan dari mesin, tak pake mikir, tak boleh protes.