Saturday, January 31, 2015

Membayar Pajak Motor di Samsat Kota Bekasi

Persiapan:
-Pena
-Staples (dan isinya tentu)
-Kantong plastik kecil seukuran KTP
-BPKB asli
-STNK dan bukti pajak tahun lalu
-KTP (asli Bekasi)

Kronologi:
Sabtu pagi...
08:10 Dari Kalibata naik KRL jurusan apapun ke Manggarai. Lalu menunggu cukup lama di jalur 4.

08:40 Naik KRL jurusan Bekasi turun di Bekasi. Tap di pintu keluar stasiun, biaya naik kereta dari Kalibata hanya 3000 Rupiah saja.

09:05 Dari stasiun, naik angkot 09b, turun di depan Samsat Kota Bekasi. Letaknya tidak terlalu jauh sebenarnya, bahkan bisa dijangkau dengan jalan kaki 30 menit dari stasiun (Siapa yang mau pula? Mending naik angkot bayar 3000 perak).

09:15 Masuk halaman kantor Samsat cari-cari tempat Photocopy, ternyata ada di belakang. BPKB, STNK, bukti pajak lama, KTP, semua difotokopi. Bayar 3000 Rupiah saja.

09:20 Masuk pintu depan, ambil nomor ID. Ke meja informasi, minta formulir. Cari meja buat mengisi formulir. KTP asli masukkan kantong plastik kecil, lalu satukan dengan STNK asli, bukti pajak lama, serta semua fotokopian, lalu staples yang kuat.

09:25 Letakkan berkas di loket lantai satu untuk cek pajak progresif. Tunggu panggilan untuk menerima berkas tadi kembali.

09:30 Naik ke lantai dua, lalu taruh berkas tersebut di loket pendaftaran. Tunggu panggilan.

09:45 Dipanggil untuk tunjukkan BPKB asli, lalu mendapatkan tanda terima. Bergeser ke loket berikutnya untuk tunggu panggilan bayar pajak.

10:05 Loket pembayaran memanggil dan menyuruh bayar Rp 186000, tanda terima dicap, lalu tunggu lagi di depan loket berikutnya (sebelah).

10:16 Panggilan berikutnya untuk serahkan tanda terima, lalu terima STNK, bukti pajak baru, dan KTP asli. Setelah itu istirahat dulu. Ada pedagang yang jual plastik pembungkus STNK, beli 2000 perak.

10:40 Naik angkot 02 ke stasiun Bekasi. Bayar Rp 3000.

10:45 Lompat ke KRL jurusan Jakarta.

11:25 Turun di stasiun Manggarai, pindah ke jalur 6.

11:30 Lanjut naik KRL jurusan Depok/Bogor.

11:40 Keluar stasiun Duren Kalibata. Ongkos naik KRL hanya 3000 Rupiah. Acara selesai.

Total pengeluaran:
6000 (KRL) + 6000 (angkot Bekasi) + 3000 (fotokopi) + 2000 (bungkus STNK) + 186000 (pajak) = 203000 Rupiah.

Monday, January 26, 2015

KPK vs Polri Menarik, Tapi Nasib Freeport Lebih Menarik

Banyak kultwit di medsos yang sudah menjabarkan dugaan ini. Bahwa konflik yang seolah-olah sangat panas antara dua lembaga penegak hukum kita sebenarnya adalah pengalihan isu. Dari apa? Dari isu yang sangat prinsipil tentang kedaulatan republik kita.

Freeport itu akan habis izin operasi tambangnya pada tahun 2021. Pembicaraan tentang perpanjangan kontrak terkendala oleh aturan baru dari pemerintahan SBY, bahwa mereka harus membangun smelter di dalam negeri, dan hanya hasil dari smelter itulah yang boleh diekspor. Freeport ini aslinya adalah perusahaan kecil di USA sana. Namun jadi raksasa setelah memiliki tambang di Papua.

Yang mengesalkan adalah, Freeport baru bisa memenuhi kewajibannya di detik-detik terakhir saja. Itupun baru sekedar komitmen dana 40 T untuk smelter yang sedang direncanakan berdiri diatas tanah Petrokimia Gresik, Jawa Timur. Jadi mereka mengeruk tanah berisi emas di Papua, lalu dikirim lewat TOL LAUT-nya Jokowi #eh, lalu diproses jadi emas murni di Gresik. Pintar sekali. Pantas Lukas Enembe murka. Emas Papua dibawa ke tanah Jawa lalu dikirim ke USA sana.

Padahal semua pihak sudah berharap agar kontrak karya Freeport di Papua cukuplah sampai 2021 saja. Kemudian serahkan hak penambangan disana kepada perusahaan lokal seperti Antam atau BUMN/BUMD apapun namanya. Lho kok ini malah diberi keleluasaan hingga 2041. Piye mbah??

Alasannya karena Freeport menghidupi ribuan karyawan yang berasal dari warga Papua. Jika operasi mereka dihentikan, maka akan makin banyak pengangguran di Papua. Padahal jika BUMN tambang kita yang ambil alih, mereka pasti akan dipekerjakan kembali. Pengangguran sama sekali bukan alasan. Kita bisa menangani tambang itu secara padat karya juga kok.

Jadi mereka menciptakan alasan-alasan tak nyata untuk mempertahankan kekuasaan USA di Papua. Alasan lainnya adalah soal return on investment yang belum tercapai. Saya cenderung tak percaya itu. Mereka sudah puluhan tahun mengeruk bumi disana, tujuan awalnya untuk menambang tembaga, tapi hasil sampingannya banyak sekali, termasuk emas dan (gosipnya) uranium. Dan profit sharing pemerintah RI pun sangat kecil, dan mereka disubsidi cost recovery pula. Masihkah bilang tak untung??

Sunday, January 25, 2015

Selingan Sepakbola, CR7 Menyamar Jadi Tunawisma

_.__

@Footy_Jokes: Cristiano Ronaldo disguised as a homeless man played football with a kid and gives him the surprise of his lifetime. pic.twitter.com/1LU8KIMgsq -- shared via UberSocial http://ubersocial.com

_.__

Dari akun twitter diataslah gambar berikut saya peroleh. Memang jadi bintang sepakbola memberi kemudahan seseorang untuk berbuat apapun. Hanya menyamar sebentar sebagai gelandangan, Cristiano Ronaldo kemudian memberi kejutan kepada seorang anak. Entah kapan dan dimana adegan ini direkam. Tapi setidaknya bisa memberi kita secuil sisi lain dari seorang superstar sepakbola yang hidup serba glamor, kumpul kebo tak jelas, dan barusan menerima kartu merah nomor 9 sepanjang karirnya.

Apa Kata Media, Analis, Tentang Pemerintah Baru Kita

Setelah trending dengan istilah ter-Jonru dan ter-Jonan, kini nama lain mencuat: ter-Tedjo. Pernyataannya yang sangat arif bijaksana telah memancing reaksi yang kurang menguntungkan dari publik yang sedang larut dalam histeria #SaveKPK. Ini sebenarnya histeria fans artifisial yang dibentuk oleh media, karena sudah mirip sandiwara topeng yang diperankan pejabat negara, dipentaskan gratis, dibiayai APBN, dan disiarkan secara live pula.

Meskipun menurut media asing pamor Jokowi telah menurun hanya dalam 100 hari, para pembantu terdekatnya tetap yakin bahwa semua kekisruhan ini bukan karena kesalahan Jokowi. Bahkan analis mengisyaratkan bahwa kepentingan partai politik penyokongnya, serta permainan penguasa lama, sebagai faktor pemanas utama.

Saturday, January 24, 2015

Sabtu 24 Januari, Apa Kabar Rezim Kita

Perselisihan dramatis tengah terjadi di panggung politik dan hukum Indonesia. Persis main catur, setelah semua bidak maju ke depan bersilangan, maka SALING MAKAN pun terjadi. Dimulai dengan umpan calon Kapolri Budi Gunawan oleh Jokowi. Lalu KPK menikung dengan tetapkan BG tersangka kasus rekening gendut perwira Polri. 

Jokowi kembali mengulur persoalan dengan menunda pengangkatan BG sebagai Kapolri, sambil menggeser Kapolri dan Kabareskrim. Pendukung Jokowi pun bermanuver dengan menuduh Abraham Samad ketua KPK pernah mengincar jabatan Wapres ke Jokowi. Lalu serangan balik cepat pun dilakukan Polri dengan menangkap Bambang Widjojanto karena kasus saksi palsu Pilkada Kotawaringin Barat. Terakhir, Adnan Pandu Pradja juga sedang diproses Polri dalam kasus perampasan saham.

Uniknya negara kiri sekuler liberal ini, yang disalahkan atas keributan justru tokoh-tokoh dibalik layar seperti Megawati, Surya Paloh. Akankah terjadi SKAKMAT?

Thursday, January 22, 2015

Telegram Web Versus Whatsapp Web

Dua layanan messaging besar kini sama-sama menawarkan akses Web selain akses tradisional lewat aplikasi Android atau iOS. Perkembangan macam apa ini?

CARA LOGIN TELEGRAM WEB:

Buka alamat web.telegram.org, lalu isi nomor handphone yang ingin digunakan sebagai akun Telegram. Telegram akan mengirimkan kode lewat SMS ke nomor tersebut. Isi di webnya, dan kita akan dibawa masuk ke layar utama Telegram Web.

CARA LOGIN WHATSAPP WEB:

Untuk saat ini baru Chrome browser yang bisa digunakan untuk login ke Whatsapp Web. Buka alamat web.whatsapp.com, masukkan nomor handphone yang MEMANG kita pakai sebagai akun Whatsapp di ANDROID (versi iOS belum bisa). Setelah itu muncul gambar barcode 3 dimensi (QR code) yang harus di-scan dari menu Whatsapp di Android kita (---Menu---Whatsapp Web). Jika scanning berhasil maka akan muncul layar utama Whatsapp Web.

KESIMPULAN:

Menurut saya, proses login di Whatsapp Web lebih ribet dibanding Telegram Web karena menggunakan QR code yang berarti membutuhkan smartphone yang sudah bisa membaca QR code. Soal security-nya sih sama amannya menurut saya. Di Telegram kita harus membuktikan diri sebagai pemilik nomor lewat kode yang dikirim via SMS. Di Whatsapp, kita harus membuktikan bahwa kitalah pemilik akunnya dengan kewajiban men-scan QR code dari aplikasi Whatsapp di smartphone android kita.

Telegram itu berbasis cloud, karena itu, mereka harus membentengi kepercayaan pengguna dengan enkripsi client-server maupun server-client. Telegram juga masih dan akan selalu gratis, setidaknya menurut pendirinya. Ini jika ingin dibandingkan dengan Whatsapp yang menarik bayaran per tahun.

LSD, Generasi Bunga, Srudukan Maut Outlander di Pondok Indah

Dikutip dari Wikipedia:

Asam lisergat dietilamida (LSD) merupakan suatu jenis narkotika halusinogen. Obat ini bersifat psikedelik dari keluarga ergolina.

Diperkenalkan oleh Sandoz Laboratories (kini Novartis), dengan nama dagang Delysid, sebagai obat dengan berbagai penggunaan psikiatrik pada tahun 1947, LSD segera menjadi agen terapi yang nampak menimbulkan harapan besar.

LSD relatif bersifat tidak adiktif, dan toksisitas rendah (katanya...). LSD banyak dikenal atas efek psikologisnya yang menyebabkan tertutup/terbukanya mata, perasaan distorsi waktu, kematian ego dan pergeseran kognitif yang dalam, serta berperan penting dalam kontrabudaya tahun 1960 atau pada masa generasi bunga (flower generation).

Dosis tunggal asam lisergat dietilamida berkisar antara 100-500 mikrogram. Jumlah tersebut hampir setara dengan 1/10 massa sebutir pasir. Cara pengkonsumsiannya bisa diemut atau ditempel.

Reaksi fisik pada LSD bervariasi dan tak spesifik. Gejala berikut telah dilaporkan: konstraksi rahim, hipotermia, demam, kenaikan kadar gula darah, tegaknya bulu roma, peningkatan curah jantung, cengkeraman rahang, perspirasi, midriasis (dilatasi pupil), produksi air liur dan lendir, suhad (rasa tak dapat tidur), dan hiperefleksia, dan tremor. Terdapat beberapa indikasi bahwa LSD dapat menimbulkan keadaan fuga disosiatif pada orang-orang yang mengonsumsi beberapa jenis antidepresan tertentu seperti garam litium dan trisiklik.

Mahasiswa masa kini memang menang keren kayaknya, dibanding mahasiswa belasan tahun lalu. Orang tua kaya, hura-hura, mobil besar dan mahal, gaya hidup yang lebih bebas. Ralat: soal hura-hura, sejak jaman dulu sudah ada sih. Pake disco dan breakdance.



Saturday, January 17, 2015

Gambar: IPAD Versi Awal Buatan Apple

Nostalgia itu bisa mengingatkan kita pada ikon-ikon masa lampau yang ternyata ada benang merahnya dengan ikon masa kini. Siapa sangka telpon meja dengan layar sentuh dari tahun 1980-an ini akan jadi produk sangat populer di masa kini?

Silakan Masuk SAPI Aussie

Saat gencar-gencarnya PKS dicerca oleh kaum sekuler liberal, kader banteng dan lain-lain, SAPI jadi kata hinaan bahkan headline-nya. LHI pun akhirnya jadi seperti tumbal untuk kesalahan yang hanya asumsi belaka. Betapa tidak, dia tidak terbukti menerima uang dari si makelar tukang tipu Fathonah, tidak terbukti bahwa negara dirugikan sepeserpun, dan tidak ada kebijakan impor yang berubah. Lalu dia dapat hukuman penjara belasan tahun hanya karena kenal Fathonah, menikahi istri kedua dari keturunan Pashtun, dan punya mobil mahal.

LHI bisa diibaratkan Anwar Ibrahim-nya Indonesia. Memang dia bukan seorang calon presiden seperti Jokowi, dan belum sekelas dengan DSAI sendiri, tapi dia hanyalah pemimpin partai yang sedang menggenjot mesin politiknya untuk makin berpengaruh di parlemen dan jadi kekuatan Islam terbesar. PKS pun tercemar pamornya, gagal bersinar lebih terang di Pemilu 2014.

Setelah PKS 'dihabisi' gara-gara SAPI Australia yang kuota impornya tidak pernah berubah gara-gara PKS, apa yang terjadi? Rezim baru kitalah yang justru membuka kuota impor baru untuk SAPI yang juga dari negeri kangguru itu. Tidak ada yang menggugat, karena rezim baru ini memang sekuler liberal. Golongan inilah penguasa riil negeri kita.

Sunday, January 11, 2015

Pembantaian Charlie Hebdo dan Posisinya Dalam Sejarah Muslim Eropa

Seluruh dunia mengutuk pembantaian yang terjadi di kantor redaksi majalah Charlie Hebdo. Tak ketinggalan pula pemimpin Yahudi Israel mengambil kesempatan untuk mengutuk kebiadaban itu. Meskipun ada pula yang mengatakan bahwa peristiwa itu adalah rekayasa intelijen, mari kita coba singkirkan dulu semua.

Muslim Eropa terus berkembang secara signifikan akhir-akhir ini. Tercatat setidaknya ada 4,5 juta muslim di Jerman, 2,5 juta di Perancis, 2 juta di Inggris, 1 juta di Italia. Belum termasuk 16 juta muslim asli Rusia, dan jutaan lainnya di Bosnia dan Albania. Setelah kekhalifahan Islam di Andalusia Spanyol diusir secara biadab oleh penguasa lokal, secara damai ratusan tahun kemudian bibit-bibit umat Islam tersemai kembali.

Ini tentu kembali membangkitkan semangat reconquesta lama bangsa asli Eropa. Tercatat berkali-kali terjadi serangan terhadap masjid-masjid. Juga segala macam pembatasan terkait cara berpakaian maupun makanan serta hak sosial politik lainnya.

Pendiskreditan adalah salah satu alternatif yang dilakukan diam-diam untuk mengerem laju penyebaran syiar agama ini. Charlie Hebdo memilih untuk menggunakan naluri alamiahnya saat menghina agama ini. Tapi jangan lupa, intelijen yang berkuasa di Eropa maupun seluruh dunia, punya taktiknya sendiri. CIA sendiri yang mengatakan bahwa dalam 10-20 tahun ke depan kekhalifahan Islam akan berdiri kembali. Maka mereka tentu melakukan simulasi terhadap segala kemungkinan untuk mematikannya sebelum terlambat.

Dakwah Islam tidak boleh mati di Eropa hanya karena segolongan ultra-nasionalis yang mengatakan "tanah Eropa untuk bangsa Eropa". Para cendekiawan seperti Prof. Tariq Ramadhan tentu harus bekerja lebih keras lagi menjelaskan Islam dan keeropaan dalam konteksnya saat ini. Maka roda dakwah bisa diharapkan terus berputar meskipun banyak kerikil di sepanjang jalannya. Pembantaian Charlie Hebdo adalah batu besar di tengah jalan yang pasti akan membuat roda agak goyah terhuyung-huyung. Tapi dengan kestabilan yang bisa dijaga dengan sikap sabar dan berserah diri, peristiwa ini akan jadi memori kecil dibanding apa yang akan terjadi puluhan tahun mendatang.

Sementara itu, individu-individu sholeh akan terus menyusuri jalanan Eropa, membawa rahmat bagi manusia di sekelilingnya.


Indonesia Sedang Dibenahi Jokowi

Indonesia sedang dibenahi oleh Jokowi and his team. Indonesia punya situasi politik, ekonomi dan sosial yang super runyam sehingga butuh tangan seorang 'manusia pilihan' untuk meluruskan semuanya. Setidaknya itu menurut pendukung 'salam dua jari' di Pemilu lalu.

Slogannya adalah kerja kerja kerja. Kerja harus gerak cepat srat-sret-srat-sret. Tak usah dipikirkan bagaimana kontinuitasnya, yang penting adalah gebrakan pertama. Karena inilah konsumsi favorit media mainstream, karena inilah yang dipuja-puji para pengagum.

Mobil ESEMKA dipandang sebagai ide sangat brilian waktu itu. Kita memang harus bisa berdikari secara teknologi. Kenapa harus tertinggal dari negara tetangga. Jadi Esemka diarak menuju ketenaran. Dipukul kendi air dan dibawa ke ibukota agar semua terkesima. Tak usah peduli apa nasib Esemka saat ini, toh rakyat kita gampang lupa dan dibuat lupa.

Bagi Jokowi, koalisi itu harus tanpa syarat. Dia tidak merasa perlu untuk bagi-bagi kepada semua tim pendukung kampanyenya. Tidak ada itu politik balas budi. Semua pejabat dipilih karena profesionalitas belaka. Kebetulan saja kalau kenal dekat.






Point (ii) Penting

Saturday, January 10, 2015

Rezim Baru, Liberalisme Makin Menjadi-jadi

Subsidi BBM dan elpiji sudah dicabut. Subsidi listrik sedang dicabut bertahap. Tak ada beras gratis Raskin untuk rakyat miskin. Subsidi kereta ekonomi ditiadakan. Subsidi pupuk untuk petani juga menunggu giliran dihapuskan.

Pencabutan subsidi adalah upaya untuk mengurangi beban berat anggaran negara. Tujuannya tentu agar anggaran lebih lincah bisa dipakai membiayai kebutuhan lain. Jadi, anggaran adalah panglimanya. Jika anggaran bilang YA, maka pos pengeluaran pun sah sudah. Dan sebaliknya jika TIDAK.

Anggaran yang bebas dari segala macam pengeluaran subsidi untuk rakyat tidak diragukan lagi akan jadi anggaran yang lebih gesit. Itu mungkin tujuan yang ingin dicapai rezim Jokowi. Jika rezim sebelumnya, SBY, dianggap terlalu lamban di sisi pembangunan infrastruktur, maka rezim Jokowi ingin menjadi antitesanya. Kelincahan Jokowi beranjangsana (baca: blusukan) tentu harus ditopang anggaran yang sama lincahnya.

Dalam bayangan saya, dengan hilangnya subsidi atas beberapa barang modal, diharapkan semangat kompetisi akan makin kencang. Sektor swasta bebas berekspansi, datangkan utang luar negeri ataupun saham asing sebanyak-banyaknya, agar roda ekonomi bergerak kencang. Tak ada lagi ketimpangan antar pelaku ekonomi, antara yang memanfaatkan subsidi maupun yang tanpa subsidi. Semua harus berjuang untuk hidupnya masing-masing. Tak diragukan lagi, kita sudah di fase lanjutan dari kombinasi maut liberalisme dan kapitalisme bertopang demokratisme. Kenaikan harga yang terjadi adalah efek "sementara" akibat dari hilangnya subsidi. Harga-harga akan bergerak ke titik keseimbangan baru.

Akibat dari kompetisi di pasar bebas, tentu saja akan ada yang menang dan yang kalah. Yang menang akan makin besar, ekspansi yang didukung oleh naiknya nilai saham mereka. Yang kalah akan bangkrut, mungkin pekerjanya jadi pengangguran, lalu aset dibeli oleh pemodal lain atau jadi barang bekas, tergantung skalanya.

Yang tak punya modal dan kalah terampil akan jadi pengangguran dan jatuh miskin. Bagaimana sebuah rezim liberal menangani ini? Tiga Kartu Sakti itulah jawabannya. Masyarakat miskin harus dijamin kesehatan dan pendidikan anak-anaknya. Tapi jangan dijejali subsidi. Modali mereka untuk berkompetisi lagi, dan jika kalah, ya bagaimana lagi. Toh kartu sakti masih ada, hanya subsidi yang tidak ada.

Tidak ada Jaring Pengaman Sosial. Ini kan bukan rezim sosialis!

Akibat dari Standar Ganda

Charlie Hebdo berdarah! Majalah satir ini sebenarnya tidak begitu laku di Perancis. Tapi namanya jadi mencuat terkenal ke seluruh dunia setelah peristiwa pembantaian pemimpin dan anggota redaksinya minggu lalu.

Dari definisinya, mengutip laman Wikipedia, SATIR itu bentuk karya seni dan sastra yang menggunakan gaya bahasa untuk menyatakan sindiran terhadap suatu keadaan atau seseorang. Satir biasanya disampaikan dalam bentuk ironi, sarkasme, atau parodi. Istilah ini berasal dari frase bahasa Latin satira atau satura (campuran makanan).

Jurnalisme satir ini sudah ada sejak jamannya Marie Antoinette, sekitar abad 18. Jika dulunya yang dijadikan bahan sindiran adalah anggota keluarga kerajaan atau kaum ningrat, maka sekarang yang jadi bahan adalah politisi, polisi, bankir, dan agama. Maka jika mereka sampai memparodikan Rasulullah SAW, itu memang sudah keahlian alamiahnya.

Soal berlindung dengan tameng freedom of speech, juga mereka ahlinya. Tapi jika ada yang tidak senang Rasulullah SAW ataupun gambaran umat Islam diparodikan, lalu melakukan aksi, baik unjuk rasa damai ataupun tindak kekerasan seperti yang kita saksikan minggu lalu itu, maka stempel anti-semit yang akan diberikan.

Thursday, January 8, 2015

Iklan Rokok, Iklan Paling Kreatif

Maaf jika anda tak sependapat. Menurut saya, iklan produk rokok, khususnya di Indonesia, memang luar biasa kreatif. Mereka sangat dibatasi dalam beriklan. Tak boleh menampilkan gambar produknya, dan harus menambahkan gambar seram akibat dari merokok bagi kesehatan.

Dengan aturan yang ketat ini, tak heran jika agensi periklanan untung besar, karena mereka harus berpikir keras out-of-the-box untuk menghasilkan iklan yang tetap menarik di tengah jepitan peraturan. Hasilnya adalah iklan-iklan legendaris seperti "how low can you go", "susah jadi manusia". Yang dijual kebanyakan adalah gaya hidup, dan orang masih mengenali itu sebagai iklan rokok.

Namun kreatifitas tidak bebas nilai jika dipampang di depan publik. Dia harus tunduk pada tuntunan moral masyarakat. Masa sih ada gambar orang ciuman di tengah kosmopolitan masyarakat muslim? Ini semakin meyakinkan bahwa muslim di Indonesia mayoritas adalah "abangan", lebih cenderung ke sekuler. Iklan "mula-mula malu-malu lama-lama mau" adalah eksperimen "test the water" yang kesekian kalinya. Ini sekedar bukti penampakannya.

Tuesday, January 6, 2015

Dagelan Konsistensi di Awal 2015

Jaman rezim "blusukan" ini, banyak yang bisa dijadikan memori sejarah untuk diambil hikmahnya oleh generasi penerus nanti. Salah satu pembelajaran yang berat adalah soal konsistensi. Kepaduan antara ucapan dan tindakan.

Inilah beberapa contoh inkonsistensi, baik oleh perorangan maupun kelompok yang tidak boleh direplikasi di masa depan. Saya ambil dari twitter (@malakmalakmal).

Sunday, January 4, 2015

Kalender Puasa Tahun 2015

Yang seperti ini patut pula di-share. Kalender puasa tahun masehi 2015.

@musyafiesyafiie: @jonru Kalender puasa Tahun 2015 bagi yang membutuhkan. Semoga bermanfaat.. pic.twitter.com/Md63J2HkVv -- shared via UberSocial http://ubersocial.com

Saturday, January 3, 2015

Antara Idealisme dan Pragmatisme Jokowi

Kau yang berjanji, kau yang mengingkari...

Apalah arti sebuah janji. Apalagi jika itu hanya untuk pemanis saat kampanye. Idealisme itu harus dipelihara dengan implementasi yang sesuai. Jika implementasi berlawanan dengan ide awal, maka jadilah pragmatisme.

Jika rezim sebelumnya terkenal sebagai rezim auto-pilot, maka rezim sekarang boleh disebut rezim pragmatis. Cari gampangnya saja, biarpun tidak konsisten.