Haji tahun ini cukup banyak mengharubiru, menyedot perhatian dunia, terutama karena dua insiden:
1. Jatuhnya crane di area Masjidil Haram. Baca beritanya disini. Baca pula reaksi pemerintah Saudi Arabia.
2. Kekacauan (stampede) di jalur pejalan kaki menuju lokasi Jamarat di Mina.
Kekacauan yang terjadi cukup tragis, bahkan 700an orang wafat dan ratusan lain luka-luka karena terinjak-injak dan kepanasan.
Iran dikatakan sebagai negara dengan jumlah korban terbanyak. Wajar jika pemerintah negara basis Syiah ini meradang. Tapi banyak pula pihak yang curiga jangan-jangan Iran justru jadi dalang dibalik insiden tersebut. Ini bisa ditelusuri dari sejarah masa lalu Syiah.
Pemerintah Saudi Arabia bukan tak punya usaha perbaikan sama sekali. Turki sebagai salah satu negara terkemuka tetap mendukung. Banyak laporan tentang perbaikan dalam skala masif yang dilakukan oleh "Pelayan Dua Tanah Suci".
Tapi di sisi lain dunia, kaum liberal yang mengaku "peduli" pada umat Islam, mulai menawarkan solusi "fantastis". Mulai dari perpanjangan masa puncak ibadah haji hingga 2 bulan (wow...), sampai penghapusan haji dari rukun Islam (ruarrrr biasa!!!).
Padahal yang lebih dibutuhkan adalah penerapan IPTEK secara lebih efektif di seluruh lokasi ibadah haji. Salah satunya adalah dengan terus mengkaji metode terbaik mengatur aliran manusia. Bisa jadi seluruh jalur haji harus menggunakan ban berjalan untuk mencegah orang yang berusaha melawan arus. Bisa pula dengan sistem katup buka tutup skala mikro di semua ruas jalan dan saringan manusia untuk mencegah jumlah manusia melebihi kepadatan tertentu dalam setiap area. Kita lebih butuh ahli ilmu eksakta dan engineer, daripada pemikir filsuf tak jelas.