Ada sebuah hadist yang lengkapnya adalah sebagai berikut:
Dari Syahr bin Hausyab, ia berkata: "Aku katakan kepada Ummu Salamah: Wahai Ummul mukminin, apakah doa Rasulullah SAW yang paling sering, apabila ada padamu? Ia berkata: doa beliau yang paling sering adalah: "Yaa Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbii 'Alaa Diinika" (Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agamaMu)".
Ummu Salamah berkata: "Wahai Rasulullah, betapa sering anda berdoa: "Yaa Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbii 'Alaa Diinika" (Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agamaMu)".
Beliau berkata: "Wahai Ummu Salamah, sesungguhnya tidak ada seorang manusia pun melainkan hatinya berada diantara dua jari diantara jari-jari Allah, barang siapa yang Allah kehendaki maka Dia akan meluruskannya dan barang siapa yang Allah kehendaki maka Dia akan membelokkannya."
Kemudian Mu'adz membaca ayat: "Ya Tuhan kami, jangan Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami." ( HR Tirmidzi, beliau berkata; hadits ini adalah hadits hasan)
Takdir Allah SWT yang menentukan apakah seorang manusia itu muslim atau kafir, husnul khatimah (mengakhiri hidup dengan baik) atau su'ul khatimah (mengakhiri hidup dengan buruk). Bahkan sudah jadi bagian dari penciptaan-Nya yang berpasang-pasangan. Allah berfirman dalam surat Adz-Dzariyat ayat 49:
"Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah."
Maka ada hidup ada mati, ada tinggi ada rendah, ada besar ada kecil, ada baik ada buruk, ada pahala ada dosa, ada surga ada neraka. Semua ada ukurannya, dan semua ada tujuannya.
Jika ada mualaf (masuk ke dalam Islam), maka pasti ada pula murtad (keluar dari Islam). Ingatlah bahwa Allah SWT Maha Kuasa membolak-balik hati manusia, ada yang ditunjuki-Nya ke jalan yang lurus, ada pula yang dibelokkan ke jalan kesesatan.
Lihatlah fenomena pemurtadan saat ini. Betapa mudah seseorang itu melepaskan imannya hanya karena keuntungan materi yang sedikit, atau karena sentimen negatif yang membuta, seperti contoh seorang wanita yang bertengkar dengan suaminya, lalu bercerai dan melepas kerudungnya, dan tiba-tiba pindah agama membawa sanak keluarganya. Semua bermula dari kebencian kepada manusia, lalu berujung ke kebencian pada agama. Tidak perlulah dia memberikan pembenaran atas sikapnya, seolah-olah dia merasa lebih tenang dan tentram dalam agama barunya. Sebenarnya dia sedang dibutakan untuk menjaga ego dan keuntungan materinya. Katakan saja dia disesatkan oleh Allah SWT ke jalan kekafiran. Naudzubillah min dzalik.
Ada pula muslimah yang menyenangi lawan jenis, namun berbeda agama. Dilarang orang tuanya yang tidak menginginkan pernikahan beda agama. Namun yang terjadi selanjutnya, justru si muslimah menjadi murtad, agar bisa seagama dengan pacarnya, agar bisa menikah secara resmi dengan baik-baik dan direstui orang tua. Bagi mereka mungkin restu orang tua lebih penting daripada iman. Tak usahlah bilang semua agama sama. Seolah-olah pindah agama adalah urusan gampang, segampang pindah rumah.
Sudah jelas bahwa agama di sisi Allah SWT hanya Islam. Sudah jelas bahwa Islam itu tinggi dan tidak ada agama yang mengalahkan ketinggian Islam. Kalau misionaris bilang bahwa "Kita menyembah Tuhan yang sama, percaya bahwa Yesus adalah nabi juga, mengapa tidak bisa sejajar", mungkin bisa coba katakan kepada mereka: "Tuhannya mungkin sama, tapi apa benar kalian tidak mempertuhankan pula Yesus? Apa benar kalian meyakini Muhammad SAW sebagai nabi?". Jika jawabannya YA, maka lebih baik mereka berdoa agar diberi petunjuk ke jalan yang lurus.
No comments:
Post a Comment