Tuesday, August 5, 2014

Menanti (Presiden Baru) Jokowi Dengan Skeptis

Saya tidak suka Jokowi, tidak suka Prabowo. Saya tidak pilih dua-duanya di Pilpres 2014. Siapa yang menang? Not my business lah. Banyak yang bilang, mereka pilih si ini dan si itu karena alasan-alasan yang idealis. Menurut saya, idealisme itu hanya jika apa yang calon mereka lakukan, katakan, contohkan, konsisten dan integral. Kalau hanya kelihatan sederhana dan Islami saat kampanye semata, itu tukang tipu namanya.

Sekarang Jokowi hampir pasti jadi Presiden baru. Kecuali Allah SWT berkehendak lain. Apakah saya pesimis? Tidak. Saya tidak berharap hal buruk terjadi di era rezim Jokowi. Saya hanya skeptis. Tidak teryakinkan bahwa Indonesia akan lebih baik setelah dipimpin Jokowi.

Banyak yang memilih Jokowi karena merasa dialah pilihan ideal. Menurut saya, mereka "akhirnya pilih Jokowi" lebih karena pandangan liberal yang telah mengalahkan logika mereka. Liberalisme bertopeng idealisme? Wallahu a'lam.

Apakah Jokowi akan menyembuhkan kecanduan bangsa ini akan korupsi? Kita bisa lihat dari bagaimana dia menajamkan fungsi KPK. Hanya dua pertanyaan retoris dari saya: 1) Apakah Jokowi akan memberi target waktu kepada KPK, lalu membubarkannya setelah tercapai batas waktunya, dan memberi sanksi kepada pimpinan KPK jika gagal? 2) Apakah Jokowi akan menitikberatkan upaya proteksi dan pecegahan korupsi dibanding sekedar festivalisasi penangkapan koruptor ecek-ecek? Saya hanya menerima jawaban YA saja.

Apakah Jokowi akan mampu menggerus penyakit kemiskinan yang tak pernah turun dengan signifikan di masa SBY? Lihat saja efektifitas anggaran yang dia poskan untuk pengentasan kemiskinan.

Apakah Jokowi akan mampu menyediakan infrastruktur yang memastikan keberlangsungan dan kualitas manusia Indonesia serta kelancaran mobilitasnya? Lihat saja apakah proyek-proyek transportasi akan berjalan lancar dan efisien ketika nanti dia berkuasa.

Apakah asset nasional dan sumber daya alam akan semakin terkuras? Lihat saja apakah BUMN kita makin jadi sapi perahan atau tidak. Lihat juga apakah share keuntungan hasil tambang tetap dikuasai mayoritas perusahaan asing atau tidak.

Apakah umat Islam dan kepentingan umat Islam akan dimarjinalkan oleh rezim Jokowi? Kekuatan politik liberal menang di 2014 dan akan berkuasa menentukan arah kebijakan publik hingga 2019. Terimalah itu sebagai fakta: bahwa liberalisme lebih disukai rakyat Indonesia, sadar atau tidak sadar. Tidak ada tempat untuk Islam selain pemanis kampanye belaka.

No comments:

Post a Comment