Setelah beberapa hari menjauh dari channel TV lokal maupun portal berita lokal, saya merasa kehidupan jadi lebih tentram, pikiran lebih segar, dan menemukan prespektif yang lebih jernih.
Soal pilpres misalnya, saya hanya menikmati perang spanduk di jalanan semata. Melihat kata JUJUR dijadikan jargon kedua pihak. Bujukan gombal soal kesederhanaan dan kepedulian. Intinya, sudut pandang saya lebih banyak dipengaruhi oleh apa yang saya lihat di lingkungan tempat tinggal maupun kerja, dan apa yang saya dengar dari orang-orang di sekeliling saya. Itulah jejaring sosial yang orisinal.
Rekan-rekan saya tentu saja masih nonton tv, baca koran, baca Detik, dan sebagainya. Merekalah yang menyarikan informasi kepada saya. Tentu dari sudut pandang mereka. Tentu sesuai afiliasi politik mereka pula. Tapi saya bisa menilai dari kejernihan penyampaian maupun latar belakang keseharian mereka, apakah informasi yang mereka sampaikan berguna atau tidak.
Saya masih menyimak Twitter. Informasi yang dipadatkan jadi 140 karakter biasanya to the point tapi penuh distorsi. Tentu tidak banyak waktu saya sediakan hanya untuk timeline Twitter yang singkat-singkat itu. Saya masih baca berita, di internet, tapi lebih ke berita global, seperti BBC, Guardian, CNN. Ini ternyata lumayan berguna untuk mengalihkan kerangka berpikir, dari pelengkap penderita (baca: rakyat skala DKI) menjadi pengamat ketiga, keempat, kelima dan seterusnya (baca : observer independen). Dan di-share lewat blog ini tentunya.
No comments:
Post a Comment