Beberapa hari menginap di Singapura, membuat saya harus bersiasat menjalankan ibadah puasa. Meski ada pendapat tentang rukhshah bagi traveller alias musafir, saya tetap berusaha menjalankan puasa. Bagi yang sudah terbiasa puasa, sebenarnya kondisi sulit pun akan terlihat biasa saja dan puasa tetap terasa enteng. Yang penting buka dan sahur mengikuti sunnah Nabi SAW: menyegerakan berbuka, mengakhirkan sahur.
Saat check in di hotel di kawasan Scotts Road, resepsionis menanyakan apakah saya ingin breakfast biasa atau bersahur. Maka saya jawab saya ingin bersahur. Ternyata hotel ini menyediakan menu lebih dini agar para tamu muslimnya tetap bisa sahur. Makanannya pun tidak jauh dari standar buffet yang mereka sediakan saat breakfast normal. Jadilah saya bangun jam 4 pagi dan turun ke restoran hotel untuk makan sahur diiringi siaran radio Melayu.
Saat meeting di kantor, waktu rehat dipakai untuk acara minum kopi dan makan siang bagi mayoritas non-muslim dan yang tidak puasa. Panitia sebenarnya menawarkan untuk membawa pulang menu makan siang itu, namun kami menolaknya dengan halus karena sudah punya rencana lain untuk berbuka puasa. Kebetulan istri ikut serta, maka dia sempatkan berkeliling sekitar Orchard Road mencari makanan berbuka. Sebelum sholat tarawih di Masjid Al-Falah, bagian samping belakangnya Paragon, kami sempatkan makan Ayam Penyet Ria di lantai dasar Lucky Plaza.
Saat jalan-jalan ke beberapa obyek wisata, tentu saja cukup banyak energi terkuras, dehidrasi melanda. Yang penting sebenarnya tidak ngoyo. Jika mulai merasa kepayahan, cari saja tempat duduk, istirahat dulu. Stabilkan proses di tubuh. Jika sudah lebih segar, baru lanjutkan jalan-jalannya. Di banyak tempat wisata seperti Botanical Garden dan Garden By The Bay, di dekat toilet biasanya tersedia kran air minum. Jadi dari hotel kami sudah membawa botol air kosong untuk diisi jika bertemu kran itu. Tentu saja diminumnya setelah waktu berbuka tiba.
Waktu sholat Singapura tersedia di website dan aplikasi MUIS (http://www.muis.gov.sg/cms/index.aspx). Itu akan cukup membantu kita menentukan waktu bolehnya berbuka dan batas akhir sahur. Ingat, disini susah untuk mengharapkan mendengar azan atau suara beduk. Kecuali tinggalnya di sebelah masjid.
Di sekitar Masjid Sultan, banyak pedagang makanan berbuka puasa. Banyak warga Singapura dari mana-mana datang ke bazaar di depan pintu masjid ini. Setelah mereka mendapatkan makanan yang diinginkan, mereka pulang dengan mobil, dengan bus, ke rumah masing-masing. Makanannya cukup beragam. Istri saya sempat beli otakotak, burger, dan kebab. Cukuplah untuk buka puasa dan sahur. Di North Bridge Road cukup banyak restoran Minang. Sabar Menanti bisa jadi salah satu pilihan untuk makan malam sebelum tarawih.
No comments:
Post a Comment