Sunday, October 19, 2014

Indonesia itu Pasar, Bukan Produsen

Baru minggu ini 2 perusahaan ritel asing membuka cabang pertamanya di Indonesia. IKEA membuka tokonya di Alam Sutera, Tangerang. Tujuannya jelas, agar konsumen penggemar produk interior dari Skandinavia ini tidak perlu jauh-jauh pergi ke Tampines Singapura atau Petaling Jaya Malaysia untuk berbelanja. COURTS membuka cabangnya di Harapan Indah Bekasi. Saya pernah lihat supermarket besar ini juga berlokasi di sebelah Ikea Tampines, Singapura. Jadi, 2 kota penyangga DKI Jakarta ini sudah di-cover oleh 2  jaringan ritel internasional.

Ini semacam skenario pengepungan, mengingat potensi pasar yang menggiurkan. Retailer Eropa tersebut pastinya sudah melakukan riser pasar, sebelum dengan hati-hati menempatkan armada penjualannya di 2 tempat itu. Apa manfaatnya bagi konsumen Indonesia? Tentu saja akses yang lebih mudah terhadap produk luar dan agar mereka tak sungkan membelanjakan uangnya.

Dalam sepakbola, klub-klub besar Eropa rajin mengunjungi stadion-stadion Indonesia untuk mengadakan 1-2 laga ujicoba dengan tim lokal. Ternyata ini pun tidak jauh dari skenario membuai konsumen sepakbola lokal. Dicarilah lawan yang mendatangkan sentimen kebanggaan publik lokal, misalnya Timnas, Persib, dan lain-lain. Harapannya agar penjualan tiket dan merchandise laris manis.

Apa manfaat kedatangan tim asing tersebut bagi publik sepakbola lokal? Keriuhan sesaat. Timnas kita tidak tambah bagus juga setelah melawan tim asing tersebut. Bukannya menguatkan kompetisi lokal, justru menjadikan tim lokal seperti binatang aduan.

No comments:

Post a Comment