Sunday, October 5, 2014

Mendadak Kumisan di Awal Zulhijjah

Kumis adalah salah satu ciri khas lelaki dan sudah jadi lambang kejantanan di banyak kebudayaan dunia. Kita sering melihat kumis tebal dan panjang dipelihara oleh kaum pria di India, Bavaria, Nusantara, Amerika Latin. Tapi dalam khazanah Islam, kumis dianjurkan untuk dipendekkan (NAMUN JANGAN PULA KUMIS DICUKUR HABIS HINGGA AKARNYA) dan justru janggut yang harus dibiarkan.

Diriwayatkan pula oleh Muslim dari Abu Hurairah RA, bersabda Rasulullah SAW :
“Potonglah kumis kalian dan panjangkanlah/biarkanlah jenggot kalian.”

Namun ada masanya ketika kumis, dan rambut lainnya di seluruh tubuh, serta kuku, dilarang untuk dipotong.

Dari Ummu Salamah RA, Nabi SAW bersabda,
“Jika telah masuk 10 hari pertama dari Dzulhijjah dan salah seorang di antara kalian berkeinginan untuk berkurban, maka janganlah ia menyentuh (memotong) rambut kepala dan rambut badannya (diartikan oleh sebagian ulama: kuku) sedikit pun juga.” (HR. Muslim no. 1977)

Jadi, jika seorang kepala keluarga berniat berkurban, maka sedari tanggal 1 Zulhijjah hingga penyembelihan hewan qurbannya, ia dilarang memotong rambut dan kuku. Larangan ini berlaku hanya bagi si kepala keluarga, sebagai penyandang dana qurban bagi keluarganya. Tidak berlaku untuk anak dan istrinya.

Dari awal Zulhijjah, saya coba memantau siapa saja orang-orang yang "mendadak kumisan" gara-gara niat berqurban. Namun sepenglihatan saya, yang kumisan ya hanya yang sedari dulu memang sudah kumisan. Bukan kumisan karena larangan yang hanya 10 hari ini. Ada beberapa kemungkinan: 1. Tidak tahu soal hadits ini, 2. Tidak punya niat berqurban, 3. Bukan kepala keluarga yang akan berqurban untuk keluarganya, 4. Kondisi kulit khusus dimana kumis tidak pernah tumbuh, 5. Punya penafsiran berbeda tentang maksud hadits ini. Bagi saya sih, nikmati saja kumis yang hanya "temporer" ini. Setelah sapi urunan bertujuh itu disembelih, kumis ini akan saya pendekkan. Happy Eid Mubarak!

No comments:

Post a Comment