Dahulu, masa orde baru, ada istilah "mengolahragakan masyarakat dan memasyarakatkan olahraga". Jika dibuat spesifik, mungkin ini seharusnya berlaku untuk sepakbola juga. Sering ada ungkapan bahwa "penduduk Indonesia ini ratusan juta, tapi mencari 11/22 orang pemain sepakbola saja susah sekali".
Ini adalah ironi. Kita terlalu terbiasa mencari jalan pintas. Manusia Indonesia tidak suka mengikuti proses normal. Senangnya memotong antrian. Jika bisa disogok, sogok saja agar lebih ringan prosesnya. Suap merajalela karena pemberi suap dan penerimanya sama-sama suka.
Dalam sepakbola, kompetisi sangat dibutuhkan. Bagaimana skill bisa meningkat jika tak punya lawan sebagai benchmark. Liga yang kita miliki saat ini hanyalah sebuah liga semi-pro dengan ratusan atau ribuan pemain. Padahal dari sudut manajemen potensi, kita harus punya Playerbase sebagai sumber data pemain potensial untuk tim utama. Ribuan pemain tidak cukup untuk merepresentasikan ratusan juta potensi. Minimal harus ada playerbase dalam skala ratusan ribu orang yang berkompetisi secara rutin agar cukup mewakili.
Maka kompetisi amatir jadi penting dan harus di-mainstream-kan. Ada 3 kelompok pemain amatir yang harus diberi arena bersaing dan berkembang:
1. Pemain usia sekolah
Setidaknya harus ada kompetisi rutin antar SD (under 12 years old), antar SMP (under 15), antar SMA/SMK (under 18). Dibuat grup-grup liga kecil per kelurahan, lalu naik ke kecamatan, lalu naik hingga kejuaraan kabupaten/kota. Juara kabupaten/kota boleh dipertemukan dalam pertandingan playoff di level provinsi hingga antar provinsi untuk memperebutkan status juara nasional.
Di sisi lain, pembinaan profesional juga mesti dilakukan secara paralel lewat SSB atau klub sepakbola junior. Setidaknya harus ada liga antar SSB di tingkat kabupaten kota. Mungkin dibuat berjenjang, seperti divisi utama, divisi satu, divisi dua, jika ada puluhan SSB di satu kota. Juara liga SSB kabupaten/kota bisa mewakili daerahnya di liga nasional, yang dengan sistem gugur pun sudah cukup. Setidaknya harus ada tiga kelompok umur yang diterapkan untuk kompetisi SSB/klub junior: under 13, under 16, under 19.
2. Pemain mahasiswa
Liga mahasiswa adalah untuk menjaga playerbase amatir di kelompok usia under 22 years old. Ini tentu harus dibedakan dengan kompetisi tim junior atau reserve milik klub semi-pro. Tujuan kompetisi amatir di kelompok umur ini adalah untuk mengais potensi tersisa yang belum tersaring di jenjang usia sekolah. Kompetisinya cukup diadakan di tingkat kabupaten/kota. Kejuaraan nasional sifatnya playoff belaka.
3. Pemain karyawan
Ini adalah jenjang tertinggi liga amatir. Meskipun lebih bersifat rekreasional dibanding prestasi, liga di level ini juga untuk menjaga playerbase yang sudah terbentuk sejak usia sekolah. Agar meskipun gagal bersaing untuk masuk ke liga semi-pro maupun profesional, mereka tetap dalam lingkungan sepakbola walaupun tidak terlalu kompetitif. Dengan demikian, tetap menerapkan slogan lama 'mengolahragakan masyarakat'. Variasi di level ini tidak lagi berdasarkan umur, melainkan berdasarkan event dan arena, sepakbola pantai maupun futsal.
Saat ini sepakbola amatir berjalan sporadis tanpa standarisasi dan program yang bersifat nasional. Seharusnya kompetisi amatir didukung oleh sistem pelatihan wasit amatir maupun pelatih amatir. Ini pun belum kita lihat batang hidungnya sama sekali. Programnya harus berskala nasional, namun pelaksanaannya harus kuat dan berkesinambungan di tingkat KABUPATEN/KOTA.
No comments:
Post a Comment