Media mainstream banyak yang sedang mengelu-elukan keberhasilan Badan SAR Nasional, di bawah pemerintah Indonesia (baca: Jokowi). Katanya, keberhasilan menemukan serpihan pesawat AirAsia QZ8501 di Laut Jawa ini termasuk tercepat dibandingkan pengananan situasi serupa di negara lain. Katanya ini semacam pembuktian kemampuan kepemimpinan Jokowi dan jajarannya. Katanya, kalau urusan pesawat jatuh saja mereka sudah begitu rapi begini, apalagi jika dihadapkan pada krisis yang lebih buruk.
Tapi di sisi lain, saya awalnya berharap semua penumpang itu terselamatkan. Bayangkan, pesawat jatuh Minggu pagi, tapi harus menunggu hingga Selasa pagi untuk menemukan lokasi TKP terduga. Dan sampai hari ini, Kamis, baru segelintir mayat yang ditemukan. Alasan utama adalah cuaca buruk. Padahal saya pikir, andai pesawat ditemukan lebih cepat, masih ada harapan para penumpang yang terjebak bisa diselamatkan sebelum pesawat sampai di dasar laut. SAR kita tidak tambah pintar. Pasti soal anggaran yang minim jadi kambing hitam.
Apakah ini lagi-lagi permainan opini masyarakat? Bahwa walaupun cuaca "sangat buruk" Basarnas tetap sukses menemukan pesawat yang "hilang" itu dalam 3 hari saja? Masih jauh lebih baik dibanding otoritas Malaysia yang urusan MH730 penuh kesimpangsiuran dan tak selesai juga hingga hari ini?
Inilah memori 2014 dari sudut pandang keselamatan penerbangan.