Sikap disiplin itu langka di Indonesia. Bangsa kita sudah terbiasa hidup berkecukupan, tidak butuh antri misalnya, karena dengan berebut saja sudah bisa makan, apa lagi kalau antri. Permainan logika sesat.
Jika ingin mendisiplinkan anak, maka orang tua harus memberi contoh. Orang tua harus bisa jadi teladan disiplin bagi anak-anaknya. Jika orang tua ingin anaknya rajin shalat misalnya, maka contohkanlah dengan sebaik-baiknya, selalu shalat di awal waktu, dan di masjid pula, sambil memberi pengertian kepada si anak.
Pendisiplinan butuh pendekatan persuasif. Harus dengan contoh, dan harus jadi bagian dari program itu sendiri. Misal, jika Ahok ingin semua pengendara mobil dan motor di Jakarta beralih ke moda angkutan umum, maka beliau harus mengajak sambil mencontohkan. Tunjukkan betapa nikmat dan nyamannya naik metromini atau kopaja atau transjakarta atau krlkomuter dengan berangkat dan pulang dari balaikota menggunakan angkutan umum. Dan jangan pakai marah-marah pula. Tapi harus secara lembut dan sabar agar kesadaran warga tergugah.
Memelihara kedisiplinan butuh konsistensi. Jika misalnya pemerintah ingin menertibkan pedagang kaki lima di pinggir-pinggir jalan, maka bangun dulu kesadaran mereka dan beri batas waktu yang rasional. Setelah ditertibkan, yang jauh lebih penting adalah pengawasan terus-menerus. Satpol PP berpatroli mengawasi semua ruas jalan dan menindak tegas pedagang kaki lima yang masih membandel. Pemerintah harus melakukannya setiap hari dan tidak boleh terputus. Pengawas dan pembuat peraturan tidak boleh bosan melakukan tugas pengawasannya. Kombinasikan dengan penilaian dan penghargaan, sampai seluruh warga menerima hal itu sebagai norma baru, sampai masyarakat bisa mandiri dalam kedisiplinan menjaga ketertiban.
Gambar berikut adalah contoh salah satu cara menjaga kedisiplinan ala tentara. Bagaimana caranya agar postur tentara ini tetap tegak saat berdiri dalam upacara? Jarum pentul jawabnya.
No comments:
Post a Comment