Wednesday, December 17, 2014

Seratusan Tahun Silam dan Mendatang

Pernahkah kita bayangkan apa yang terjadi di Indonesia di akhir abad XIX dan awal abad XX? Jelas, Indonesia masih di bawah penjajahan Belanda. Saat itu, negara tetangga kita Filipina, sudah menyatakan kemerdekaan dari Spanyol (tahun 1898), walau kemudian dijajah lagi oleh USA. Seabad kemudian, biarpun kita tidak dijajah lagi secara fisik, tapi kita masih terjajah secara ekonomi. Sumber daya alam yang dikeruk secara massif dengan harga murah. Perusahaan negara yang diprivatisasi agar bisa dibeli murah oleh kapitalis asing. Pemerintah yang sudah tak sanggup mensubsidi rakyatnya, dan disuruh menanggung utang pula kepada sejumlah negara penjajah ekonomi, dengan bunga riba yang mencekik.

Budi Utomo, yang pendiriannya jadi tonggak sejarah gerakan menuju kemerdekaan Indonesia, baru dibentuk tahun 1908. Lihatlah seratus tahun masehi kemudian, tahun 2008 kita justru sedang mengalami krisis moneter di bawah tampuk kepemimpinan SBY. Pendidikan mulai berkembang di akhir abad XIX. Kaum terpelajar makin banyak. Seratusan tahun kemudian kita masih bergulat untuk menuntaskan wajib belajar 9 tahun dan gonta-ganti tarik ulur kurikulum tak berkesudahan.

Sebenarnya di akhir abad XIX dan awal abad XX, bangsa Indonesia terus melakukan perlawanan fisik terhadap penguasa Belanda. Namun intensitasnya menurun. Tercatat ada perang Aceh dan perang di Lombok saat pergantian milenium. Kemudian perlawanan diambil alih oleh kaum terpelajar lewat jalur politik.

Tahun 1898, demi merayakan penobatan Ratu Belanda Wilhelmina, seorang water superintendent, AH van Bebber, membangun replika menara Eiffel setinggi 40-an meter di Tasikmalaya. Seratus tahun kemudian, 1998, krisis ekonomi mengguncang rezim Soeharto, lengser keprabon pun terjadi.

Adakah yang bisa kita pelajari dari perbandingan 100 tahun ini? Entahlah. Justru menarik untuk membayangkan apa yang akan terjadi di dunia tahun 2100 nanti. Dalam loncatan 100 tahun ke depan pasti banyak perubahan lain yang signifikan secara historis. Masihkah ada Indonesia dan pengkotak-kotakan wilayah dunia?

No comments:

Post a Comment