Saturday, November 22, 2014

Menjadi Superkomuter, Pilihan atau Bukan?

Superkomuter adalah orang yang rela melakukan perjalanan jauh dari rumah ke tempat kerja walaupun jaraknya lebih dari 145 km (90 mil). Berikut adalah beberapa contohnya:

-Seorang teman, pekerja migas, biasa pulang pergi ke lokasi pengeboran minyak lepas pantai di Laut Jawa. Biasanya dia 2 minggu di offshore, 2 minggu di rumah. Jika sudah waktunya pulang ke rumah, dia akan diantar ke Jakarta lalu naik kereta atau pesawat ke rumahnya di Jogja, tempat anak dan istrinya tinggal. Perjalanan yang sama juga dijalani oleh teman saya pekerja migas lainnya yang punya rumah di Manna, Bengkulu Selatan dan bekerja di Pendopo, Sumatera Selatan. Waktu 2 minggu di rumah bisa dia nikmati dengan bercengkrama bersama keluarga dan mengurusi kebunnya.

-Seorang ahli akupuntur, tinggal di pedesaan Perancis baratdaya, biasa memandangi keindahan kebunnya dari rumahnya yang berarsitektur abad ke-17. Tiap 2 minggu dia terbang ke London yang jaraknya hampir 1000 km untuk melakukan perawatan bagi beberapa kliennya disana. Dia menyewa sebuah kamar untuk menginap selama berada di London.

-Di Manhattan USA, ada beberapa ribu karyawan yang sebenarnya bertempat tinggal di Philadelphia, yang jaraknya sekitar 161 km dari tempat kerja mereka.

-Di London Metropolitan Police, pernah ada anggota polisi yang rumahnya di Selandia Baru, hampir 20 ribu km jauhnya. Dia bekerja 2 bulan ON, 2 bulan OFF.

-Ratusan ribu orang Libanon secara reguler terbang 3 jam ke Teluk Persia. Mereka kerja jauh di tambang minyak lepas pantai, namun tetap mempertahankan rumahnya di Libanon.

Apakah worth it? Seorang teman punya pendapat soal ini. Dia bekerja dan tinggal di Jakarta. Istrinya, yang juga bekerja, baru saja dipindahkan tempat tugasnya ke Jogja. Mereka memutuskan untuk beli rumah di kawasan Godean. Teman saya ini tiap 2 minggu pulang pergi ke Jogja dan berencana menetap disana beberapa tahun lagi. Kedamaian hidup di Jogja sepertinya sulit untuk ditolak. Ketenangan dan kualitas kehidupan lebih mahal dan lebih berharga. Kota yang tidak terlalu hiruk pikuk lebih cocok untuk perkembangan anak.

No comments:

Post a Comment