Friday, November 7, 2014

Perlukah Harga BBM Dinaikkan?

Pemerintah memang sudah pasang kuda-kuda untuk menaikkan harga BBM. Polisi menyatakan siap pasang badan untuk melindungi kebijakan pemerintah ini.

Bagi pemerintah, menaikkan harga BBM suatu pilihan logis. Kita bukan lagi negara produsen minyak. Kebutuhan minyak dalam negeri disuplai lewat impor.

APBN 2013 sangat terpengaruh oleh harga BBM ini. BBM yang dijual Pertamina ke rakyat sebagian harganya disubsidi oleh pemerintah. Jadilah harga fixed saat ini 6500 Rupiah per liter di SPBU Pertamina.

Harga diatas sudah tidak wajar lagi karena sudah jauh dibawah harga beli+proses Pertamina. Fluktuasi harga minyak mentah di pasar internasional membuat subsidi BBM semakin besar. Buat pemerintah, habislah anggaran pembangunan kalau dipakai untuk subsidi doang.

Padahal pengguna BBM subsidi ternyata campuran antara masyarakat kelas menengah ke bawah dan kelas atas. Pemilik kendaraan mewah sadar tidak sadar juga menikmati subsidi yang seharusnya untuk masyarakat miskin ini.

Solusi pemerintah adalah naikkan harga BBM, mungkin jadi 9500 Rupiah. Jatah subsidi BBM dialihkan ke bantuan tunai untuk masyarakat miskin. Segala macam kartu sakti juga akan dikeluarkan agar seolah-olah kenaikan harga BBM justru menguntungkan warga miskin.

Bagi pemerintah, subsidi BBM lebih baik dialihkan untuk bangun jalan, jembatan, kilang minyak. Pengguna kendaraan juga harus disadarkan bahwa mereka pada hakikatnya menghamburkan uang negara. Jadi kenaikan harga BBM juga agar pengguna kendaraan pribadi mau beralih ke angkutan umum yang kualitasnya masih menyedihkan itu.

Solusi dari ekonom Rizal Ramli lain lagi. Produk Premium Pertamina harus dibagi dua. Produk pertama dengan harga sama tapi oktan lebih rendah untuk sepeda motor. Produk kedua dengan oktan tetap sama tapi harga lebih tinggi untuk mobil. Pengguna mobil diharapkan tidak akan lari ke oktan yang lebih rendah karena performa mesin yang jadi taruhannya.

Mana solusi yang lebih masuk akal?

No comments:

Post a Comment