Berikut adalah sebuah hadits:
Saat seseorang berada di suatu padang pasir, ia mendengar suara di awan: 'Siramilah kebun si fulan' , lalu awan itu menjauh dan menuangkan air. Ternyata di kebun itu ada seseorang yg tengah mengurus air dengan sekopnya. Ia bertanya padanya: 'Wahai hamba Allah, siapa namamu?' Ia menjawab: 'Fulan.' Sama seperti nama yg ia dengar dari awan. Ia bertanya: 'Hai hamba Allah, kenapa kau tanya namaku?' Ia menjawab: 'Aku mendengar suara di awan dimana inilah airnya. Awan itu berkata: 'Siramilah kebun si fulan, namamu. Apa yg kau lakukan dalam kebunmu?' Ia menjawab: 'Karena kau mengatakan seperti itu, aku melihat (hasil) yg keluar darinya, lalu aku sedekahkan sepertiganya, aku makan sepertiganya bersama keluargaku dan aku kembalikan sepertiganya ke kebun'. Telah menceritakannya kepada kami Ahmad bin Abdah Adh Dhabbi telah mengkhabarkan kepada kami Abu Dawud telah menceritakan kepada kami Abdulaziz bin Abu Salamah telah menceritakan kepada kami Wahab bin Kaisan dgn sanad ini, hanya saja ia berkata: 'Dan aku berikan sepertiganya untuk orang-orang miskin, peminta-minta & Ibnu sabil.' [HR. Muslim No.5299]
Dalam hadits diatas, si petani mencontohkan bagaimana ia mengelola penghasilannya. Sepertiga hasilnya ia sedekahkan, sepertiganya lagi diambil sebagai nafkah bagi keluarganya, dan sisa sepertiga terakhir dijadikan modal produktif untuk menanam dan merawat kebunnya. Pembagian yang menarik. Saya masih belum sanggup berbuat seperti itu, padahal sedekah begitu dahsyat faedahnya. Bagaimana dengan Anda?
No comments:
Post a Comment