Kecenderungan di era keterbukaan sekarang ini adalah makin mudahnya memperoleh informasi tentang seseorang, sekelompok orang, suatu organisasi, kecil maupun besar, fakta maupun gosip belaka. Seseorang akan jatuh namanya di mata publik jika banyak informasi negatif berseliweran tentang dia, begitu pula sebaliknya. Social engineering bisa dimanfaatkan untuk merekayasa informasi yang berputar di media massa agar kesan atau "citra" yang dihasilkan sesuai dengan harapan tertentu.
Bukan itu yang ingin saya sampaikan lewat judul diatas. Kekhawatiran saya adalah bahwa jika sesuatu itu sebenarnya buruk, namun diberi wajah yang menarik, maka tangan-tangan para social engineer akan bergelayutan dimana-mana agar keburukan tak terekspos dan wajah menarik tadi makin rupawan. Wajah itu representasi top figure, sementara bagian tubuh lainnya adalah organisasi pendukung dengan segala macam tetek bengeknya.
Dalam pilpres, Anda pilih top figure. Tapi setelah nanti diangkat menjadi presiden, apakah dia akan bekerja sendirian? Tentu saja dia akan membawa gerbong berisi para pakar yang berpihak padanya. Para analis dan think-tank inilah yang akan menentukan sikap dan kebijakan si top figure sebagai presiden nantinya. Lalu, apakah relevan hanya melihat sang top figure tanpa melihat siapa di baliknya? Saya sarankan Anda memilih satu paket, bukan satu orang saja.
No comments:
Post a Comment